Belitung, gerubok.com - Dua desa di Kabupaten Belitung, yakni Desa Air Seruk dan Tanjong Binga, kini menjadi pusat inovasi lingkungan yang membawa harapan baru bagi masyarakat lokal. Pada Rabu, 30 April 2025, konsorsium Berikanesia Lestari yang didukung oleh GoTo Impact Foundation (GIF) meluncurkan program pemanfaatan lahan bekas tambang (kulong) dan limbah ikan menjadi sektor ekonomi baru yang berkelanjutan.
Langkah ini dianggap sebagai terobosan dalam mengatasi persoalan klasik di daerah pesisir dan pascatambang, seperti limbah ikan yang menumpuk, kerusakan lingkungan, hingga rendahnya pendapatan masyarakat akibat sumber daya yang tak lagi bisa dieksplorasi secara konvensional.
Program Inovatif: Dari Limbah Jadi Berkah
Perwakilan dari GoTo Impact Foundation, Varyan Griyandi, menjelaskan bahwa program ini bukan hanya bersifat sementara, melainkan dirancang melalui elaborasi dan observasi langsung di tengah masyarakat.
“Mereka tidak membawa solusi dari Jakarta atau Bandung, tapi mencari solusi yang benar-benar dibutuhkan masyarakat,” ujar Varyan dalam sambutannya di Aula Desa Air Seruk.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa meskipun program ini memiliki batas waktu pelaksanaan selama satu tahun, diharapkan masyarakat bisa melanjutkan upaya ini secara mandiri.
“Harapan kami, meskipun nantinya program Berikanesia tidak lagi di sini, masyarakat bisa melanjutkan program ini sendiri,” imbuhnya.
Empat Pilar Program Ekonomi Biru
Program ini membawa pendekatan ekonomi biru dengan empat pilar utama:
1. Pemanfaatan Limbah Ikan
Limbah ikan yang sebelumnya menjadi masalah utama di Tanjong Binga dan sekitarnya, kini diolah menjadi pakan ikan berkualitas tinggi. Proses pengolahannya dilakukan melalui teknik fermentasi dan pengeringan yang menjaga kandungan nutrisi, sehingga sangat cocok untuk budidaya ikan air tawar.
2. Reklamasi Lahan Eks Tambang
Lahan bekas tambang timah yang biasa disebut “kulong” kini dimanfaatkan sebagai kolam budidaya ikan. Selain menambah nilai guna lahan yang sebelumnya rusak, reklamasi ini juga membantu menyerap tenaga kerja lokal yang sebelumnya menganggur.
3. Edukasi dan Intervensi Gizi
Melalui sinergi dengan kader kesehatan desa, program ini juga menyasar perbaikan gizi untuk ibu dan balita. Makanan tinggi protein berbasis produk perikanan lokal mulai diperkenalkan sebagai alternatif untuk menurunkan angka stunting di wilayah tersebut.
4. Penguatan UMKM dan Daya Saing Produk
UMKM yang sebelumnya bergerak di bidang kuliner dan pengolahan hasil laut kini diberikan pelatihan intensif. Produk mereka diorientasikan tidak hanya untuk pasar lokal, tetapi juga untuk memasuki pasar daring nasional, termasuk platform Gojek dan Tokopedia.
Dampak Ekonomi Langsung untuk Masyarakat
Program ini menargetkan setidaknya 123 warga lokal untuk diberdayakan secara langsung melalui pelatihan dan produksi pakan ikan.
Menurut Varyan, hasilnya sudah mulai terlihat:
-
Pakan ikan lokal diproduksi dengan harga 53% lebih murah dari harga pasar.
-
Pendapatan masyarakat meningkat antara 15–25% dari Upah Minimum Regional (UMR).
-
Status gizi balita mengalami perbaikan hingga 30% berdasarkan hasil pengamatan awal tim kader.
Kolaborasi dan Dukungan Pemerintah
Yasa, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Belitung, mengapresiasi program ini sebagai bentuk nyata dari penerapan ekonomi biru yang inklusif.
“Kami mengapresiasi apa yang dilakukan Berikanesia Lestari dalam mencari solusi ekonomi biru. Tentunya hal ini juga membantu ekonomi masyarakat Belitung,” ujarnya.
Siapa Itu Berikanesia Lestari?
Berikanesia Lestari merupakan konsorsium dari tiga organisasi sosial: Ikanesia, Berikan Protein, dan Selaras Muba Lestari, yang semuanya merupakan alumni program Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0, inisiatif dari GoTo Impact Foundation.
Ketua Yayasan GIF, Monica Oudang, menyebut bahwa inisiatif seperti ini adalah contoh nyata dari hasil inkubasi komunitas berbasis dampak.
“Ini bukti bahwa inovasi lokal bisa membawa perubahan besar jika didukung secara lintas sektor,” katanya.
Harapan dan Masa Depan
Program ini bukan hanya tentang ekonomi. Ini tentang transformasi paradigma dari eksploitasi ke regenerasi. Dengan semangat kolaborasi, partisipasi masyarakat, dan dukungan pemerintah daerah, model ini diharapkan menjadi inspirasi bagi daerah lain yang menghadapi tantangan serupa.***